1. ADAB DALAM BERDO’A :
Imam Al Ghazali dalam kitab Al Ihya
Ulumuddin mengatakan : Adab berdo’a ada 10 macam :
1.
Mengintai
(mencari) waktu yang baik; seperti hari arofah, bulan ramadlan, hari jum’at,
waktu sepertiga malam yang terakhir, dan waktu sahur.
2. Mengambil kesempatan pada keadaan
tertentu yang baik; misalnya ketika sujud, ketika perang berkecamuk, ketika
hujan turun, ketika iqamat sholat dan sesudahnya.
3. Menghadap kiblat, mengangkat tangan
dan menyapukannya kemuka apabila sudah selesai
4. Merendahkan suara, yaitu antara
berbisik dengan nyaring.
5. Tidak memaksa maksakan diri dengan
bersajak dan berlebih lebihan dalam berdo’a. Berdo’a dengan menyatakan
kerendahan diri keberhajatan kepada Allah. (diutamakan doa’ do’a yang ma’tsur
dari Al Qur-an atau Hadits, pen)
6. Tadarru’, khusyu’, dan rasa takut
kepada Allah. Al Qur-an surat Al A’raf : 55 : “berdo’a-lah kepada Tuhanmu
dengan rendah hati dan suara yang lembut…..”
7. Bersungguh sungguh dalam bermohon,
yakin akan dikabulkan. Sebab setiap doa makhlukNya pasti dikabulkan oleh Allah,
tidak juga do’a Iblis sebagai makhluk yang paling jahat sekalipun. (periksa Al
qur-an surat Al Hijr : 36-37)
8. Selalu mengulang ulangi do’a sampai
tiga kali serta memohon segera diperkenankan.
9. Ketika membuka do’a dimulai dengan
dzikir kepada Allah. Dari Fadhalah bin ubaid ra : “Rasulullah SAW. Mendengar
seorang laki-laki berdo’a pada sholatnya, tanpa memuliakan Allah Ta’ala (dengan
memujinya) dan tanpa mengucapkan Sholawat kepada Nabi SAW, maka Rasulullah SAW.
Bersabda: “orang ini maunya segera”’ kemudian beliau memanggilnya. Beliau
bersabda kepadanya atau kepada yang lain; “apabila salah seorang dari kalian
telah selesai Sholat, maka hendaklah ia mulai pula memuliakan dan memuji
Tuhannya Subhanallah (Yang Maha Suci) kemudian mengucapkan Sholawat atas Nabi
SAW. Barulah ia berdo’a sesudahnya sesuka hatinya”. (R. Abu Dawud dan An Nasa’i
/ Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih – kitab Al Adzkar Imam
Nawawi hal. 288)
Dari Umar bin Khattab ra.
Berkata :
“sesungguhnya
do’a itu tertahan antara langit dan bumi, tidak dapat naik sedikitpun daripada
itu sampai ia mengucapkan Sholawat kepada nabimu SAW. (R. Tirmidzi)
10. Yang terpenting sekali yang merupakan
dasar utama bagi diperkenankan do’a itu, adalah Taubat, mengembalikan segala rupa
kedzaliman hak orang lain dan menghadapkan jiwa raganya kepada Allah Ta’ala.
2. BERDO’A DENGAN BERTAWASUL :
1.
Tawasul
dengan amal sholeh :
Dari Ibnu Umar
ra. Berkata; aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “pada jaman dahulu ada 3
orang pergi berkelana sehingga mereka sampai di suatu Goa pada malam hari, lalu
mereka memasukinya. Tiba tiba jatuh sebuah batu dari atas gunung yang menutup
pintu Goa, maka mereka berkata, ”sesungguhnya kalian tidak akan selamat dari
batu ini kecuali berdo’a kepada Allah dengan menyebut amal-amal sholeh kalian”,
maka seorang dari mereka berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai 2 orang
tua yang sudah lanjut usia, aku tidak pernah member air kepada siapapun baik
keluarga atau harta (binatang) sebelum member mereka berdua…..dst dalam hadits
yang panjang…akhirnya setiap orang dari mereka berdo’a dengan menyebut amal
sholehnya : “Ya Allah, jika aku berbuat semuanya itu memang karena mengharap
ridlo-Mu, maka selamatkanlah kami dalam menghadapi apa yang kami alami ini.” …
maka terbukalah pintu Goa itu karena tiap tiap do’a mereka sedikit demi sedikit
batu itu tersingkir. Dengan demikian keluarlah mereka dari Goa dengan selamat
dan melanjutkan perjalanannya.” (R. Bukhari dan Muslim)
2.
Berdo’a
bersama ‘Ulama :
Diantara
keterangan yang paling baik yang bersumber dari para ‘ulama salaf tentang do’a
adalah yang dihikayatkan dari Al Auzai’I rahimahullah, ia berkata : “orang
orang keluar rumahnya memohon hujan, berdirilah diantara mereka Bilal bin
Sa’ad, lalu ia mengucapkan puji kepada Allah, kemudian ia berkata : “Wahai
hadirin semuanya, apakah kalian telah menyatakan ikrar bahwa kalian bersalah?”
Mereka
menjawab: “tentu saja, ya”
Maka Bilal
berkata : “Ya Allah, kami telah mendengar Engkau berfirman : “….tidak ada jalan
sedikitpun untuk menyalahkan orang orang yang berbuat baik…..” (at taubah :9)
“sedang kami
telah berikrar menyatakan kesalahan kami, maka tidak ada maghfirah-Mu kecuali
untuk kami. Ya Allah ampunilah kami, berilah rahmat kami, dan berilah kami
air.”
Bilal bin
Sa’ad dan para hadirin pun mengangkat tangannya, lalu turunlah hujan untuk
mereka.
(diambil dari
kitab Al Adzkar Imam Nawawi hal. 950-957)
Semoga
bermanfaat.
Best Regards,
Agung Ichwanto
Suci, 25-12-2011